Mencari Alamat dan Hari Lahir Kota Liwa (4)

Ilustrasi Kota Liwa [ChatGPT]
Ilustrasi Kota Liwa [ChatGPT]
Oleh: Udo Z Karzi

ASELI… saya ini penulis malas. Hehee… Nulis beginian saja tak rampung-rampung. Tapi, kayaknya belakangan saya mulai mengalami kejenuhan. Terus terang, saya tidak berhenti menulis tentang kampung halaman saya.

Puisi, cerpen, novel, esai, artikel, feature, bahkan sekadar curhat atau apa pun oret-oret yang saya tulis-tulis saja selama ini banyak mengambil kisah dan inspirasi dari Liwa. Saya gak paham itu dibaca atau tidak.

Ya sudah, sekarang saya teruskan tulisan ini. Lebih banyak mengulang-ulang saja apa yang pernah saya tulis. Semoga yang baca tidak laju menjadi bosan karenanya.

Pada bagian 3 tulisan ini yang membicarakan terbentuknya Kabupaten Lampung Barat (Lambar) dengan ibu kota di Liwa pada 1991, Arman AZ memberi catatan bahwa jauh sebelum itu, pemekaran Kabupaten Lambar pernah diupayakan.

Musyawarah Besar Pemuda, Pelajar, Mahasiswa dan Masyarakat Lampung Barat se-Indonesia, di Krui 1-6 Februari 1967, dengan tema besar: Masyarakat Lampung Barat terus menuntut Kabupaten Lampung Barat.

Mubes ini menghasilkan ikrar bersama dan 9 resolusi. Cukup banyak info menarik dari arsip mubes ini, misalnya, ternyata banyak ormas yang ada di Krui dan Liwa pada saat itu (termasuk ormas perempuan), jumlah sarjana dari Lambar saat itu sekitar 30-an (belum termasuk sarjana muda), dll.

Apa yang disampaikan Arman memberikan gambaran tentang suburnya kehidupan keormasan, sumber daya manusia, intelektualitas, dan pergerakan aktivis kemasyarakatan-kebangsaan di Krui dan Liwa, dua kota utama di eks Afdeeling (Kewedanaan) Krui atau wilayah kerja Pembantu Bupati Lampung Utara Wilayah Liwa sejak doeloe sebelum pemekaran kabupaten. Bahkan, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Ketika membaca ulang novel “Layar Terkembang” (diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka, 1936), saya terlonjak-lonjak senang karena St Takdir Alisyahbana menggambarkan keindahan alam dalam perjalanan Yusuf dan Sukartono ke Liwa dan ke Keroi dalam novel ini.

Belakangan, ada juga penyair dan pengarang yang menuliskan “Liwa” dalam karya-karya mereka seperti Andy Wasis, Fina Sato, Muhammad Harya Ramdhoni, Fitri Yani, dan lain-lain. Alhamdulilah.

Literatur yang lebih tua tentang Liwa adalah Catatan Perjalanan ke Danau Ranau di Pedalaman Krui yang ditulis J. Pattullo di tahun 1820 (ada di buku Malayan Miscellanies Vol II, terbitan Sumatran Mission Press, Bengkulu, 1822), yang diterjemahkan Yulizar Fadli dan dimuat di Jurnal Kebudayaan Akal Volume 1/Januari 2013 hlm. 28-34.

Perjalanan rombongan J. Pattulo dimulai dari Kroer (Krui) pada 19 September 1820, menginap di dusun Uluh. Sehari kemudian bermalam di Weya Assat (Way Asat), lalu berjalan antara lain ke Pulau Pisang, Lumbok, Surabaya di Banding Ranau, Gunung Seminung, Sukau, Lewah (Liwa), dan kembali ke Krui. Kita kutipkan:

“Pagi hari tanggal 5, kami meninggalkan Sukau ke Lewah (Liwa) di mana kami sampai pada sore hari — juga tak beruntung selama perjalanan hari ini karena tidak bisa menentukan perjalanan. Dewa Lewah menawarkan sesuatu yang tak berarti. Desa ini terletak sangat rendah dan iklimnya sangat dingin dan lembab….

Lewah diatur seorang Pangeran dari sebelas penasehat ang bekerjasama dengan Kerabat Terhormat. Budaya dan kebiasaan benar-benar sama dengan para penduduk di Lampung lainnya.”

Tulisan yang tidak menarik karena agaknya Pattulo kurang mahir memainkan pena dan tidak mampu menyerap keindahan tempat yang ia kunjungi.

Walaupun demikian, tulisan ini penting mengingat minimnya literatur yang membicarakan Liwa (atau Lampung pada umumnya).

Dalam catatannya ini, Pattulo membuat data populasi penduduk daerah Lewah yang terdiri dusun-dusun: Bumi Agung, Surabaya, Kasugihan, Paggar, Negeri, Perwatta, Banding, Waye Mengaku, Tanjung, Gedong, Sungie, dan Genting.

Kalau begitu, sejak kapankah ada nama Liwa? Atau, kapankah Liwa lahir? Sabar geh. Insya Allah, akan kita bicarakan pada bagian akhir dari rangkaian tulisan ini.

*) Udo Z Karzi seorang penulis-jurnalis tinggal di Bandar Lampung

About the author: redaksi

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *