Mencari Alamat dan Hari Lahir Kota Liwa (7)

Ilustrasi sudut jalan Kota Liwa. [ChatGPT]
Ilustrasi sudut jalan Kota Liwa. [ChatGPT]
Oleh: Udo Z Karzi

SEBAGAIMANA disebut O.L. Helfrich (1886), Marga Liwa dibentuk pada 1861 hasil pemekaran dari Marga Sukau.

Namun, mengutip Syamsul A Siradj dalam //Pemerintahan di Marga Liwa: Pesirah Sampai Kepala Negeri//, Besluid Resident van Bengkulen No. L.2 baru keluar pada 21 Maret 1862, yang menegaskan Marga Liwa dipimpin oleh seorang kepala marga yang disebut pesirah.

Pesirah Marga Liwa pertama adalah Pengiran Indrapati Cakranegara (keturunan Buay Nyerupa) berkedudukan di Pekon Negeri Agung.

Lalu, jabatan pesirah diturunkan dari Pengiran Cakranegara kepada anak pertamanya, Si Jaya adok Pengeran Kemala Raja (Besluit Residen Bengkulen No 4090 tertanggal 15 Oktober 1881).

Namun, Pangeran Kemala Raja pindah ke Semaka dan menjadi Pesirah Negarabatin, Semaka. Kepindahan ini menimbulkan kekosongan pemerintahan. Belanda memerintahkan pemilihan pesirah yang baru.

Pesirah Marga Liwa selanjutnya secara berturut-turut adalah:

• Bustami adok Batin Tuha (Belanda menyebutnya Pengiran Lunik).
• Abdoel Rahman adok Pengiran
• Mhd Athorid
• M. Zawawi
• M. Zaini

Seperti disebutkan sebelumnya, sistem pemerintahan marga berganti dengan sistem pemerintahan negeri setelah Penetapan Residen Lampung tanggal 3 September 1952 No. 153/D/1952 yang mengatur pemerintahan negeri.

Marga-marga: (1) Liwa, (2) Sukau, (3) Kembahang, (4) Kenali, (5) Batuberak, dan (6) Way Tenong digabung menjadi Negeri Balik Bukit dengan pusat pemerintahan di Liwa.

Kepala Negeri Balik Bukit pertama M. Arsyad Siradj (Sedikit catatan narsis: eks rumah kediamannya masih terpelihara berada persis di samping rumah kami di Lapangan Merdeka Liwa kini). Kepala Negeri yang kedua adalah Muslim dari Kenali.

Setelah masa jabatan Muslim berakhir, berakhir pula sistem pemerintahan negeri dan berganti dengan sistem pemerintahan kecamatan.

Karena keterbatasan ruang, waktu, dll. saya tak hendak membahas perkembangan pemerintahan kecamatan.

Berdasarkan penelusuran literatur, nama Liwa terus eksis sebagai nama sebuah wilayah yang terdiri dari beberapa dusun/desa, nama marga, nama ibu kota Onderafdelling (Kewedanaan) Krui pada masa zaman penjajahan Jepang, nama ibu kota Negeri Balik Bukit, nama ibu kota Kecamatan Balik Bukit, ibu kota Wilayah Pembantu Bupati Lampung Utara Wilayah Liwa, dan kini menjadi nama ibu kota Kabupaten Lampung Barat.

Disebutkan, Marga Liwa beribu kota di Negarabatin. Dalam perjalanannya, nama Negarabatin dan Liwa sering tertukar yang saling menggantikan untuk sebuah desa.

Nama lain dari Pekon/Desa/Dusun Negarabatin adalah Sukanegeri. Lalu, sejak 1984(?) nama Negarabatin berubah menjadi Kelurahan Pasar Liwa. Sementara Negarabatin menjadi bagian dari Kelurahan Pasar Liwa, yaitu Lingkungan 02 Negarabatin.

Tambahan lagi: Kelurahan (sebelumnya Pekon) Pasar Liwa doeloenya terdapat kampung Boemi Agung dan Serbaya, yang hingga kini masih terpelihara sebagai kampung adat yang masing dipimpin seorang suntan.

*) Udo Z Karzi seorang jurnalis-penulis tinggal di Bandar Lampung

About the author: redaksi

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *