Di tempat lahirnya sang tokoh revolusioner itu, sekelompok tokoh masyarakat, aktivis, dan para kader baru resmi mendeklarasikan kelahiran kembali Partai Murba, partai yang dulu pernah mewarnai perjalanan politik Indonesia di masa awal kemerdekaan.
Deklarasi ini bukan sekadar acara seremonial, tapi juga simbol kebangkitan semangat perjuangan rakyat kecil, seperti cita-cita pendirinya, Tan Malaka.
Partai ini masih membawa ideologi Murbaisme, semacam sosialisme yang di-“Indonesia”-kan. Gaya lokal, tapi tetap revolusioner.
Sedikit Throwback ke 1948
Partai Murba pertama kali berdiri pada 7 November 1948, digagas oleh nama-nama keren seperti Tan Malaka, Chairul Saleh, Sukarni, dan Adam Malik.
Tujuannya? Satu: melawan dominasi Belanda dan menolak kompromi politik yang dianggap “setengah hati”, kayak Perjanjian Linggarjati dan Renville.
Mereka pengin kemerdekaan yang bener-bener merdeka, tanpa embel-embel penjajahan ekonomi dan politik.
Waktu itu, Murba tampil sebagai partai oposisi yang berani melawan arus bahkan terhadap kebijakan pemerintahan Soekarno yang dianggap terlalu kompromistis dengan Belanda.
Nasib di Era Orde Baru
Fast forward ke tahun 1971, Partai Murba ikut Pemilu pertama di masa Orde Baru. Sayangnya, hasilnya nggak begitu manis — cuma dapat 0,9% suara dan gagal tembus parlemen.
Lalu di 1973, partai ini dilebur ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI) bareng beberapa partai kecil lainnya yang bukan pendukung Golkar.
Pernah Coba Bangkit Lagi
Tahun 1999, pas reformasi lagi panas-panasnya, Partai Murba sempat comeback dengan nama baru: Partai Murba Indonesia.
Sayangnya, belum sempat berjaya, partai ini nggak lolos ambang batas parlemen alias gagal masuk DPR, dan pelan-pelan menghilang lagi dari peta politik nasional.
Tan Malaka: The OG Thinker
Kalau ngomongin Partai Murba, nggak bisa lepas dari Tan Malaka. Beliau ini bukan cuma tokoh revolusi, tapi juga pemikir keren dan penulis produktif.
Salah satu karya legendarisnya adalah buku “Dari Penjara ke Penjara”, yang sampai sekarang masih dikaji banyak akademisi buat memahami cara berpikirnya yang tajam banget.
Tan Malaka punya pandangan visioner tentang revolusi, kemerdekaan sejati, dan perjuangan rakyat.
Nggak heran kalau akhirnya, lewat Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1963, Presiden Soekarno menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional.
Dan Kini…
Kelahiran kembali Partai Murba bukan sekadar nostalgia. Ini adalah upaya buat menghidupkan lagi semangat Tan Malaka, semangat yang berpihak pada rakyat kecil, berani melawan ketidakadilan, dan nggak takut bersuara.
Apakah Partai Murba versi baru ini bakal sukses menembus dunia politik modern? Kita tunggu aja, tapi satu hal pasti: idealisme Tan Malaka belum mati. Ia cuma reinkarnasi.